Rabu, 06 Juni 2012

PENINGKATAN KOMPETENSI


Topik   ini   berkaitan   dengan   peningkatan   kompetensi   guru.   Materi   sajian terutama   berkaitan   dengan   esensi,   prinsip,   jenis   program   pengembangan    keprofesian    guru   secara   berkelanjutan,    serta   uji  kompetensi    guru   dan    dampak   ikutanya.   Peserta   PLPG   diminta   mengikuti   materi   pembelajaran  secara    individual,  melaksanakan diskusi  kelompok,     menelaah  kasus, membaca regulasi yang  terkait, mengerjakan latihan,  dan  melakukan  refleksi.
A.    Esensi Peningkatan Kompetensi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),  baik   sebagai   substansi    materi   ajar  maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan  dan   menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan,  metoda, dan   teknologi   pembelajaran terkini. Hanya dengan  cara  itu  guru  mampu  menyelenggarakan   pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta  didik  memasuki  dunia  kehidupan  sesuai  dengan  kebutuhan   dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan  dan kompetensi  dengan tuntutan  perkembangan  lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.
         Hingga   kini,  baik  dalam fakta   maupun    persepsi,   masih   banyak  kalangan    yang   meragukan kompetensi   guru baik   dalam  bidang  studi  yang  diajarkan  maupun  bidang  lain  yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh   hasil  uji kompetensi  yang     menunjukkan  masih   banyak guru  yang  belum mencapai   standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga  menunjukkan  bahwa  masih  banyak  guru  yang tidak  menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti  keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut  di antaranya adalah  bahwa  pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu  arah dari guru dan sangat ja rang terjadi tanya jawab.  Ini  mencerminkan  betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya.
         Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang  No  14  Tahun    2005   tentang   Guru dan   Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19  Tahun 2005  tentang Standar   Nasional   Pendidikan menuntut reformasi  guru untuk memiliki  tingkat  kompetensi yang  lebih  tinggi,  baik kompetensi    pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
         Akibat dari masih  banyaknya   guru  yang  tidak   menguasai  kompetensi  yang   dipersyaratkan ditambah  dengan  kurangnya  kemampuan  untuk  menggunakan   TIK   membawa   dampak   pada   siswa paling tidak  dalam dua hal. Pertama, siswa  hanya  terbekali  dengan  kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran  tidak  siap terjun  ke dunia  kehidupan  nyata yang terus berubah.
         Kedua,  pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga  kurang  kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif,  kreatif, efektif, dan menyenangkan karena   tidak  didukung     oleh   penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran  yang harus  dipelajari  oleh   anak   didik terus   berkembang     baik  volume   maupun kompleksitasnya.
         Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari   anak   didik yang    semakin    hari semakin   bertambah jumlah,  jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi  dan  teknologi     pembelajaran yang   secara terus-menerus  disesuaikan  pula  agar  pembelajaran  dapat dituntaskan dalam  interval waktu yang sama.
         Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem  organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan    modern,  perlu   mengembangkan   sekolah  sebagai sebuah  organisasi   pembelajar.  Di antara  karakter   utama  organisasi   pembelajar   adalah   mencermati  perubahan   internal   dan   eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.
B.    Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karir
      1. Prinsip-prinsip Umum
      Secara umum program peningkatan  kompetensi  guru   diselenggarakan   dengan   menggunakan   prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Demokratis   dan   berkeadilan   serta   tidak   diskriminatif   dengan   menjunjung   tinggi   hak   asasi  manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam    proses pembelajaran.
e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan    dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
      2. Prinsip-pinsip Khusus
      Secara khusus program peningkatan  kompetensi  guru  diselenggarakan   dengan   menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
 a. Ilmiah, keseluruhan materi   dan   kegiatan   yang   menjadi   muatan    dalam    kompetensi     dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi  guru sebagai tenaga  pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Sistematis, setiap  komponen dalam    kompetensi  jabatan   guru berhubungan secara    fungsional dalam mencapai kompetensi.
d.  Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.
e.  Aktual    dan   kontekstual,   yakni    rumusan     kompetensi      dan   indikator   dapat    mengikuti   perkembangan Ipteks.
f.  Fleksibel,  rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan    perkembangan jaman.
g.  Demokratis, setiap   guru   memiliki   hak   dan   peluang   yang   sama   untuk   diberdayakan   melalui    proses   pembinaan   dan   pengembangan   profesionalitasnya,   baik   secara   individual   maupun   institusional.
 h.  Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada   hasil   penilaian   yang   dilaksanakan   berdasarkan   indikator-indikator   terukur   dari   kompetensi    profesinya.
 i.  Komprehensif, setiap   guru   dibina   dan   dikembangkan   profesi   dan   karirnya   untuk   mencapai   kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan,  kemampuan atau   kompetensi,   mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
 j.  Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan  kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam   melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
 k.  Profesional,   pembinaan      dan  pengembangan profesi  dan   karir  guru  dilaksanakan    dengan    mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi  dan   karir  guru  dilaksanakan  berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
 m. Berjenjang, pembinaan  dan   pengembangan profesi dan  karir  guru dilaksanakan secara  berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada  standar kompetensi.
n. Berkelanjutan,  pembinaan   dan   pengembangan   profesi   dan   karir   guru   dilaksanakan  sejalan  dengan perkembangan ilmu pengtetahuan, teknologi   dan   seni, serta   adanya    kebutuhan    penyegaran kompetensi guru;
o.  Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat  dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
p. Efektif,  pelaksanaan   pembinaan   dan   pengembangan   profesi   dan   karir   guru   harus   mampu  memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat   oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan  kompetensi dan kinerja guru.
q. Efisien,  pelaksanaan   pembinaan   dan   pengembangan   profesi   dan   karir   guru   harus   didasari atas pertimbangan   penggunaan   sumberdaya   seminimal   mungkin   untuk   mendapatkan   hasil  yang optimal.
C.   Jenis   Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1.    Pendidikan dan Pelatihan
     a.  Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara   internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan    pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian  kemampuan   dalam   meningkatkan   kompetensi   dan   karir   guru   tidak   harus   dilakukan   secara  eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang  belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu  dan biaya.
      b. Program magang.  Program   magang adalah  pelatihan   yang   dilaksanakan   di   institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama  diperuntukkan   bagi   guru   kejuruan   dan   dapat   dilakukan   selama priode  tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai   alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.
     c.  Kemitraan sekolah Pelatihan melalui kemitraan   sekolah   dapat   dilaksanakan   bekerjasama dengan   institusi   pemerintah  atau swasta   dalam   keahlian   tertentu.   Pelaksanaannya   dapat dilakukan di  sekolah   atau   di  tempat    mitra  sekolah.   Pembinaan     melalui   mitra    sekolah  diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat  dimanfaatkan oleh   guru    yang   mengikuti     pelatihan    untuk    meningkatkan      kompetensi  profesionalnya.
     d.  Belajar   jarak    jauh . Pelatihan     melalui    belajar   jarak   jauh   dapat    dilaksanakan     tanpa     menghadirkan instruktur   dan   peserta   pelatihan   dalam    satu  tempat    tertentu,   melainkan      dengan   sistem   pelatihan   melalui   internet   dan   sejenisnya.   Pembinaan  melalui  belajar   jarak        jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat  mengikuti   pelatihan   di   tempat-tempat   pembinaan   yang   ditunjuk   seperti   di   ibu   kota   kabupaten atau di propinsi.
     e.  Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan atau   LPMP   dan   lembaga   lain   yang   diberi   wewenang,   di   mana   program   pelatihan   disusun   secara   berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun   berdasarkan tingkat kesulitan dan  jenis  kompetensi.    Pelatihan    khusus      (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau  disebabkan     adanya    perkembangan      baru dalam keilmuan tertentu.
     f.  Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan  untuk melatih meningkatkan kompetensi    guru    dalam  beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.
     g.  Pembinaan internal oleh sekolah.  Pembinaan   internal   ini   dilaksanakan  oleh   kepala   sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan  membina,  melalui rapat dinas,  rotasi   tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal  tambahan,   diskusi   dengan    rekan   sejawat   dan  sejenisnya.
      h. Pendidikan lanjut. Pembinaan  profesi    guru   melalui    pendidikan    lanjut   juga   merupakan alternatif   bagi   pembinaan   profesi   guru   di   masa   mendatang.   Pengikutsertaan   guru   dalam pendidikan   lanjut   ini   dapat   dilaksanakan   dengan   memberikan   tugas   belajar,  baik   di   dalam maupun  di   luar  negeri,  bagi guru   yang   berprestasi.   Pelaksanaan   pendidikan   lanjut   ini   akan  menghasilkan guru-guru pembina yang   dapat  membantu guru-guru lain  dalam    upaya pengembangan profesi.
2.    Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
      a. Diskusi masalah  pendidikan.  Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai  dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat  memecahkan  masalah yang dihadapi berkaitan  dengan proses  pembelajaran di  sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.
      b. Seminar.  Pengikutsertaan guru   di   dalam   kegiatan   seminar   dan   pembinaan   publikasi   ilmiah juga    dapat   menjadi   model pembinaan berkelanjutan profesi  guru   dalam    meningkatkan   kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi  secara    ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal  terkini  dalam  upaya   peningkatan kualitas pendidikan.
      c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran,   peningkatan kompetensi  maupun pengembangan   karirnya. Workshop   dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,    pengembangan  silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
      d. Penelitian. Penelitian dapat  dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,  penelitian      eksperimen ataupun  jenis yang  lain dalam  rangka   peningkatan mutu   pembelajaran.
      e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat  berbentuk diktat,  buku  pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
      f. Pembuatan media  pembelajaran.  Media  pembelajaran  yang  dibuat   guru   dapat   berbentuk alat    peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).
      g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa   karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

sumber :  BAHAN  AJAR  PLPG   KEBIJAKAN    PENGEMBANGAN PROFESI GURU
Materi   Pendidikan dan Latihan Profesi Guru  Tahun 2012
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan   dan Penjaminan Mutu Pendidikan   Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar