Kamis, 29 April 2010

KABUPATEN KUNINGAN

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Kuningan

Peta lokasi Kabupaten Kuningan
Koordinat : 108°23 - 108° 47 BT dan 6°45 - 7°13 LS

Motto
ASRI (Aman Sehat Rindang Indah)

Provinsi
Jawa Barat

Ibu kota
Kuningan

Luas 1.178,58 km²
Penduduk
• Jumlah 1.140.777 (2007)[1]

• Kepadatan 968 jiwa/km²
Pembagian administratif
• Kecamatan 32
• Desa/kelurahan 376


Bupati
H. Aang Hamid Suganda, S.Sos.
Kode area telepon
0232

Situs web resmi: http://www.kuningankab.go.id/

Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23" - 108°47" Bujur Timur dan 6°45" - 7°13" Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ciremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Asal nama Kuningan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah asal nama Kuningan
Sejarah
Masa Pra sejarah
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan adanya kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas dari batu dan keramik. Sehingga diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa pemujaan terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batui besar dari zaman megaliticum.
Masa Hindu

Dari Galuh KawaDalam carita Parahyangan disebutkan bahwa ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh seperti halnya sebuah negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning dan berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat itu masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama. Berdasarkan sumber carita Parahyangan juga, bahwa sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang Wulan - Sang Tumanggal - dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (= Triumvirat), yaitu tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan, Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang kepala agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan. Makanya Kerajaan Kuningan waktu dikendalikan tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, tata tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tata aturan hukum/masalah adat selalu dijalankan adan ditaati, masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan beriringan selangkah dan seirama.

Ketika Kuningan diperintah Resiguru Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini nampak dari ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning - keparamartaan, sehingga Kuningan waktu menjadi sangat terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan kejayaan Kuningan waktu diperintah Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma (penguasa/pemegang Hukum) atau Sang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan melebihi atau sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda (Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang, Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang berpredikat Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli agama (resi). Mereka itu adalah:
1. Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
2. Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
Resi Niskala Wastu Kencana dliPerkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran. Cirebon juga pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun pada abad ke-15 Cirebon sebagai kerajaan Islam menyatakan kemerdekaannya dari Pakuan Pajajaran.
Masa Islam
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu Syeh Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah Modaim putra Prabu Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin daerah ampeldenta di Surabaya. Kemudian Syeh Syarif Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel Iman. Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng Kasmaya dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.

Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, Kuningan, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Winduherang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.

Setelah Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang akhirnya menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu Selawati penguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren, seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji Hasan Maulani.
Letak dan pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan
• Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
• Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
• Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
• Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Pembagian administrasi
Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kuningan:
1. Kecamatan Darma
2. Kecamatan Kadugede
3. Kecamatan Nusaherang
4. Kecamatan Ciniru
5. Kecamatan Hantara
6. Kecamatan Selajambe
7. Kecamatan Subang
8. Kecamatan Cilebak
9. Kecamatan Ciwaru
10. Kecamatan Karangkancana
11. Kecamatan Cibingbin
12. Kecamatan Cibeureum
13. Kecamatan Luragung
14. Kecamatan Cimahi
15. Kecamatan Cidahu
16. Kecamatan Kalimanggis
17. Kecamatan Ciawigebang
18. Kecamatan Cipicung
19. Kecamatan Lebakwangi
20. Kecamatan Maleber
21. Kecamatan Garawangi
22. Kecamatan Sindangagung
23. Kecamatan Kuningan
24. Kecamatan Cigugur
25. Kecamatan Kramatmulya
26. Kecamatan Jalaksana
27. Kecamatan Japara
28. Kecamatan Cilimus
29. Kecamatan Cigandamekar
30. Kecamatan Mandirancan
31. Kecamatan Pancalang
32. Kecamatan Pasawahan
Topografi
Permukaan tanah Kabupaten Kuningan relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti wilayah Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut.
Tabel Elevasi ketinggian tanah wilayah Kabupaten Kuningan
No Ketinggian (dpl) Luas (Ha) Luas (%)
1 25 - 100 10.915,47 9,26
2 100 - 500 69.414,92 58,90
3 500 - 1000 30.538,15 25,91
4 > 1000 6.989,01 5,93
Kondisi wilayah Kabupaten Kuningan yang berada di kaki Gunung Ceremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian antara 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kuningan berada pada ketinggian antara 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Kabupaten Kuningan mempunyai kemiringan yang bervariasi.
Ketinggian di suatu tempat mempunyai pengaruh terhadap suhu udara, oleh sebab itu ketinggian merupakan salah saru faktor yang menentukan dalam pola penggunaan lahan untuk pertanian, karena setiap jenis tanaman menghendaki suhu tertentu sesuai dengan karakteristik tanaman yang bersangkutan.
Kemiringan tanah yang dimiliki Kabupaten Kuningan terdiri dari : dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang cukup indah dan udara yang sejuk, sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
Tabel Luas kemiringan tanah Kabupaten Kuningan
No Kemiringan (%) Luas (Ha) Luas (%)
1 0 - 8 28.275,88 23,99
2 8 - 15 18.985,78 16,11
3 15 - 25 24.373,88 20,68
4 25 - 40 17.043,02 14,46
5 > 40 29.178,99 24,76
Sebagian besar tekstur tanah termasuk kedalaman tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.
Tingkat kepekaan terhadap erosi disebabkan ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan kemampuannya sehingga berakibat rusaknya proses fisika, kimia dan biologi tanah tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas tingkat kepekatan terhadap terhadap erosi adalah faktor : lereng, sistem penggarapan, pengolahan tanah, jenis tanah dan prosentase penutup tanah.
Tingkat kepekaan erosi di Kabupaten Kuningan diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu :
• Sangat Peka : 14.258,42 Ha
• Peka : 17.568,96 Ha
• Agak Peka : 20.473,43 Ha
• Kurang Peka : 21.845,69 Ha
• Tidak Peka : 36.307,00 Ha
Jenis Tanah
Berdasarkan penelitian tanah tinjau Kabupaten Kuningan memiliki 7 (tujuh) golongan tanah yaitu : Andosol, Alluvial, Podzolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol.
• Golongan tanah Andosol terdapat di bagian barat kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel.
• Golongan tanah Alluvial terdapat di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok untuk tanaman sawah, palawija dan perikanan.
• Golongan tanah Podzolik terdapat di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras.
Tabel Luas jenis tanah di Kabupaten Kuningan
No Jenis tanah Luas (Ha) Luas (%)
1 Alluvial kelabu 4.080,00 3,46
2 Regosol coklat kelabu 700,00 0,59
3 Asosiasi Regosol kelabu + coklat kelabu + latosol 4.072,98 3,46
4 Asosiasi andosol coklat + regosol coklat 4.560,00 3,87
5 Gromosol kelabu tua 1.840,00 1,56
6 Asosiasi Gromosol kelabu kekuningan + Gromosol coklat kelabu + regosol kelabu 13.204,31 11,20
7 Asosiasi mediteran coklat + latosol 11.569,31 9,82
8 Latosol coklat 890,00 0,76
9 Latosol coklat kemerahan 13.803,69 11,71
10 Asosiasi Latosol coklat + regosol 19.232,47 16,32
11 Asosiasi podzolik kuning + hidromorf 11.765,55 9,98
12 Asosiasi podzolik merah kekuningan + latosol merah kekuningan 13.825,82 11,73
13 Kompleks podzolik merah kekuningan + podzolik kekuningan + regosol 18.313,42 15,54
Demografi
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Penduduk Kuningan umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya, namun untuk daerah perbatasan dengan Jawa tengah mereka juga ada yang bertutur dengan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Sunda yang digunakan di Kuningan memiliki ciri tersendiri (bahasa wewengkon) dibandingkan dengan bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan barat. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.
Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandngan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 - 14 Tahun dan usia 65 tahu ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 - 64 tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.
No Informasi Demografi 2005 2006 2007
1 Jumlah Penduduk
Total 1.069.448 1.089.620 1.102.354
Laki-laki 534.415 542.645 549.118
Perempuan 535.033 546.975 553.236
2 Laju Pertumbuhan Penduduk 2,80 1,89 1,17
3 Sex Ratio 99,8 99,2 99,3
4 Komposisi Umur
0 - 14 287.231 287.962 280.119
15 - 54 714.032 726.846 734.830
65+ 68.185 74.812 87.405
5 Angka Beban Tanggungan 0,50 0,49 0,50
Pendidikan
Menurut data Suseda tahun 2006, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 94,75 % sedangkan hasil Suseda 2007 menunjuken adanya perbaikan menjadi 95,52%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tehun 2006, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 7,16 tahun meningkat menjadi 7,55 tahun di tahun 2007.
Tingginya AMH Kabupaten Kuningan disumbang oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan AMH tertinggi sebesar 99,83 % sedangkan AMH terendah dicapai oleh Kecamatan Cibingbin, Kuningan dengan AMH 80,24 persen, Sedangkan untuk RLS tertinggi tetap dicapai oleh Kecamatan Kuningan, Kuningan dengan RLS 9,59 tahun sedangkan yang terendah dicapal oleh Kecamatan Hantara, Kuningan dengan RLS 5,47 tahun.
Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendldikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).
Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, diantaranya SLBN Kuningan. Informasi lebih lanjut dapat diakses di www.slbnkuningan.com
Seni dan Budaya
Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:
Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
No Jenis Seni Budaya Tradisional Lokasi
1 Cingcowong,Upacara minta hujan Kecamatan Luragung, Kuningan

2 Sintren Kecamatan Cibingbin, Kuningan

3 Goong Renteng Kelurahan Sukamulya

4 Tayuban Kecamatan Ciniru, Kuningan

5 Pesta Dadung Kecamatan Subang, Kuningan

6 Gembyung Terbangan
7 Sandiwara Rakyat
8 Wayang Golek
9 Kuda Lumping
10 Reog Desa Cengal

11 Calung
12 Tradisi Kawin Cai Kecamatan Jalaksana, Kuningan

Pemerintahan
Sebagai sebuah Kabupaten, Kuningan dipimpin oleh seorang bupati. Bupati sebelumnya dipilih oleh DPRD. Tetapi untuk tahun 2008, pertama kalinya Kabupaten Kuningan mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bupati secara langsung. Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan, yang dimenangkan oleh incumbent H. Aang Hamid Suganda. Berikut adalah daftar nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Kuningan
No Nama Periode
1 Aom Adali 1919-1921
2 Mohamad Ahmad 1921-1940
3 R. Umar Said 1940-1942
4 Rifai 1942-1945
5 Noer (Bupati RI) 1945-1951
6 Sodikin (Recomba) 1947-1948
7 Holan (Recomba) 1948-1949
8 Tikok Abdrurohman 1951-1952
9 Sumitra 1952-1954
10 TB amin Abdulah 1954-1957
11 Yusuf (Pejabat) 1957-1958
12 Saleh Alibasyah 1958-1961
13 Uman Jatikusumah 1961-1966
14 Suminta (Pejabat) 1966-1967
15 R. Aruman Wirangganapati 1967-1973
16 Karli Akbar 1973-1978
17 R.H Unang Sunarjo S.H 1978-1983
18 Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1983-1988
19 Drs. H. Subandi 1988-1993
20 H. Yeng D.S Partawinata SH 1993-1998
21 Drs. H. Arifin Setiamihardja MM 1998-2003
22 H. Aang Hamid Suganda 2003-2008
23 H. Aang Hamid Suganda 2008-2013
Sarana Prasarana
• Jalan Darat
Total jalan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km
• Listrik
Jumlah pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon)
• Telekomunikasi
Pelanggan PT. Telkom untuk daerah Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)
• Sarana Kesehatan
1. Rumah sakit terdapat 3 buah, 1 milik Pemda dan 2 milik swasta
2. Puskesmas Pembantu = 70 buah
3. Puskesmas = 28 buah
4. Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
5. Balai pengobatan swasta = 33 buah
• Pos Pelayanan Terpadu
1. 762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
2. 467 Pos Pelayanan Terpadu madya
3. 89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
4. 7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
• Tenaga Kesehatan
1. Dokter spesialis di Rumah Sakit Umum 45, terdapat 11 orang dokter spesialis
2. Dokter gigi yang ada baik dokter gigi PNS maupun dokter gigi PTT terdapat 20 orang
3. Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
• Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Sekolah Dasar : 705 buah
2. Sekolah Menengah Pertama : 65 buah
3. Sekolah Menengah Umum 22 buah
4. Sekolah Menengah Kejuruan : 19 buah
• Hotel
1. Hotel Berbintang : 3 buah
2. Hotel Non Berbintang : 35 buah
• Bank
1. Bank Pemerintah : 2 buah
2. Bank Swasta : 7 buah
3. Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
4. Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
Tujuan Wisata
Wisata Alam
• Talaga Remis
• Taman Wisata Alam Linggajati
• Waduk Darma
• Sangkanhurip
• Desa Sitonjul
• Air Terjun Sidomba
• Curug Cilengkrang
• Palutungan & Curug Putri
• Curug Ngelay
• curug SiDomba
Wisata Budaya
• Taman purbakala Cipari
• Linggajati
Wisata Hutan
• Desa Setianegara
• Desa Jabranti
Wisata Ziarah
• Cibulan
• Balong Keramat Darmaloka
Wisata Adat
• Seren Taun
Makanan Khas dan Cinderamata
Makanan Khas
• Peuyeum Ketan


Tape Kuningan yang dibungkus daun jambu air
Peuyeum/tape ketan ini dibuat dari ketan putih yang diasamkan dan dibungkus dengan daun jambu. Rasa asamnya itulah yang menjadi ciri khasnya. Dijual dalam wadah ember hitam bertuliskan Tape Ketan Asli Cibeureum, ada juga yang dijual dalam bentuk kemasan kecil kotak plastik.
• Keripik Gadung
• Emping Tangkil/Melinjo
• Angling
• Wajit Subang
• Leupeut
• Nasi Kasreng(Nasi Bungkus ciri Khas Luragung)
• Koecang
• Hucap (Kupat tahu kecap)
• Gemblong
• Golono (Gorengan Khas Dari Luragung)
• Becak
• Wajit Luragung
• Gaplek Luragung
• Kicimpring
• Jawadah (Makanan khas dari Luragung)
• Papais
• Raragudig
• Ranginang
• cingcau
Cinderamata
• Batu Onix
• Batu Granit
• Suiseki
• Bonsai
• Cincin
• Peti Antik
• Calung
• Es Krim Tape Susu

OBYEK WISATA ALAM KAB. KUNINGAN

Talaga Remis


Talaga Remis adalah sebuah Danau Alam yang terletak di desa Kaduela kecamatan Pasawahan, jarak dari kota Kuningan ±37 km, nama Talaga Remis ternyata mempunyai arti tersendiri, nama Talaga Remis tersebut diambil dari binatang sejenis Kerang bewarna kuning yang banyak hidup disekitar talaga, binatang tersebut dikenal dengan sebutan "REMIS".

Terdapat 8 telaga yaitu : Telaga Leat, Telaga Nilem, Telaga Deleg, Situ Ayu Salintang, Telaga Leutik, Telaga Buruy, Telaga Tespong, dan Sumur Jalatunda. Objek Wisata Telaga Remis menyimpan keanekaragaman flora dan fauna, terdapat kurang lebih 160 jenis tumbuhan diantaranya sonokeling, malaka, kosambi dan lain-lain. Salah satu daya tarik tempat ini adalah adanya satu jenis tumbuhan langka yaitu "Pisang Hyang".menjadi obyek wisata budaya yang cukup terkenal baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Talaga Remis merupakan perpaduan antara pesona alam pergunungan hutan serta air talaga yang jernih, bening laksana kaca didukung udara pergunungan yang sejuk menantang untuk berwana wisata menguak misteri hutan. Fasilitas yang tersedia adalah perahu motor, sepeda air, saung dan jalan setapak. Ditempat ini dapat pula bersantai dan menikmati jajanan yang tersedia.
Linggarjati Indah

ODTW Linggarjati Indah terletak di lereng Gunung Ciremai desa Linggarjati kecamatan Cilimus, jarak dari kota Kuningan ± 14 km kearah utara atau ± 26 km dari arah kota Cirebon kearah selatan. Dari ODTW Gedung naskah Linggarjati ± 100 meter tempat ini luasnya ± 11,5 ha dan sebagian arealnya terdapat tumbuh-tumbuhan tropis berhawa sejuk cocok untuk tempat Rekreasi dan Perkemahan.
Fasilitas lain yang tersedia adalah :
• Kolam renang standar nasional
• Kolam pemancingan
• Sepeda air
• Sarana akomodasi
• Kios cinderamata
• Restoran
Sangkan Hurip

Terletak di desa Sangkanurip kecamatan Cilimus dengan jarak ± 12 km dari arah Kuningan ke arah utara atau ± 23 km dari kota Cirebon kearah selatan. Sangkanurip alami merupakan sebuah tempat rekreasi dengan pemandian air panas alami beryodium dalam kamar tertutup dan sebuah kolam air panas terbuka serta kolam air dingin. Dengan kadar yodium yang cukup tinggi tersebut, sangat berkhasiat bagi penderita sakit rematik, penyakit kulit dan penyakit lainnya.

Disekitar Sangkanurip tersedia hotel melati maupun berbintang dengan spa nya (sante par aqua - sehat dengan air) serta restoran yang terkenal dengan ikan bakarnya.
Desa Sitonjul

Wisata pedesaan "SITONJUL" Sangkanurip yang dilunceurkan sebagai produk wisata ini, terletak di pedesaan Sangkanurip Kecamatan Cilimus yang meliputi Dusun Simenyan Tonjong dan Desa Munjul. Jarak dari kota Kuningan ± 13 km ke arah utara atau ± 24 km dari arah kota Cirebon ke arah selatan.

Wisata ini merupakan Community Base Tourism, yaitu pariwisata yang didasari pada kehidupan sosial budaya masyarakat sebagai basis daya tariknya disertai dengan keaslian dan kelokalan alam pedesaannya. Sitonjul merupakan akronim dari nama dusun yang dilalui oleh rute Village Walk yaitu Dusun Simenyan Kidul dan Munjul Kaler.

Wisata daerah Sitonjul Sangkanurip, dengan berjalan kaki sepanjang ± 4 km menyusuri alam perdesaan dimulai dari Dusun Simenyan Kidul, Hutan Rakyat, Makam Umum, Tegalan dan Pesawahan, Bulak Jati, Dusun Tonjong, Pesawahan, Tanggul Irigasi, Bendung Katiga diakhiri di Dusun Munjul Kaler.

Waduk Darma
ODTW Waduk Darma terletak di sebelah barat daya dari kota Kuningan, tepatnya di desa Jagara- Kecamatan Darma dan pada lintasan jalan raya Cirebon-Kuningan-Ciamis. Menempati areal seluas ± 425 ha, dikelilingi oleh bukit dan lembah serta pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk. Kapasitas genangan air maksimal ± 39.000.000 m3. Jarak obyek wisata ini adalah ± 12 km dari kota Kuningan dan dari ± 37 km dari kota Cirebon .


Waduk ini selain berfungsi sebagai penampungan air untuk pengairan dan perikanan juga dapat dijadikan sarana rekreasi dan olahraga. Apalagi diwaktu senja hari di Waduk Darma.

Fasilitas yang tersedia :
• Areal kemping
• Kolam Renang Anak-anak
• Perahu Motor
• Cottage, dll

Rabu, 28 April 2010

GAJI PNS TAHUN 2011

2011, Gaji PNS, TNI dan Polri Naik 10%
"Ini adalah program yang sudah ada, bukan karena akan ada Pilpres atau Pilkada."
Rabu, 28 April 2010, 12:50 WIB
Arinto Tri Wibowo, Agus Dwi Darmawan

VIVAnews - Pemerintah pada 2011 kembali memprogramkan kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/Polri sebesar 10 persen. Kenaikan itu diharapkan bisa terus menjaga daya beli para pegawai pemerintahan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan tersebut sesuai ekspektasi inflasi tahun depan yang rendah.
"Inflasi lima persen dan untuk memperbaiki level kesejahteraan PNS dan TNI/Polri, gaji akan naik 10 persen," kata Sri Mulyani dalam penyampaian kebijakan makro pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di gedung Bidakara, Jakarta, Rabu 28 April 2010.

Sri Mulyani mengatakan bahwa program kenaikan gaji tersebut sudah menjadi komitmen Presiden untuk selalu menaikkan gaji pegawainya seiring dengan upaya memperbaiki kesejahteraan.

Tidak hanya itu, menurut Sri Mulyani, pemerintah juga akan terus membayarkan gaji ke-13 pada tahun depan.

"Jadi mohon dimengerti, ini adalah program yang sudah ada, bukan karena akan ada Pilpres atau Pilkada. Ini sudah ada dalam lima tahun terakhir," katanya. (hs)

SUMBER :
arinto.wibowo@vivanews.com

Jumat, 23 April 2010

SELAMAT DATANG PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA

Oleh : Subagio,M.Pd.
(http://subagio-subagio.blogspot.com)


Guru merupakan profesi terhormat dan garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selama ini guru selalu menjadi tumpuan semua pihak dalam gerbong dunia pendidikan sekaligus sebagai tempat bertanya dan berlindung bagi peserta didik. Untuk itu dalam perekrutan guru baru harus benar-benar melalui seleksi dan menggunakan alat ukur yang tepat. Oleh karenanya dalam seleksi dan pengangkatan guru baru harus melibatkan beberapa stakeholder, yaitu kepala daerah, dinas pendidikan, sekolah, masyarakat dan pemerhati dunia pendidikan yang akuntabel.

Perekrutan guru baru yang selama ini telah dijalani, sering terjadi benturan antara guru, siswa dan masyarakat. Guru sering melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak mendidik, ini dikarenakan kemampuan guru sangat rendah dalam penyesuaian dengan dunia pendidikan dan lingkungan sekolah. Sehingga tidak sedikit guru yang canggung, bingung, gagap dan bahkan dilecehkan oleh muridnya didepan kelas. Atau guru yang galak sehingga ditakuti oleh muridnya, akibatnya guru seperti harimau yang siap menerkam siswa setiap saat.
Fenomena ini akan terus berlangsung apabila pemerintah tidak secepat mungkin untuk mengambil tindakan nyata. Maka perlu meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan proses seleksi penerimaan guru. Satu terobosan baru di dunia pendidikan nasional yakni sebuah program baru untuk meningkatkan mutunya. Terobosan tersebut adalah program induksi bagi guru pemula pada semua jenjang dan status. Sistem itu adalah sesuatu yang baru dalam sistem pendidikan nasional kita dibanding dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik. Ditengarai bahwa ketiadaan sistem induksi ini menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas guru di Indonesia.

Sistem induksi merupakan suatu sistem yang memberi kesempatan kepada guru pemula untuk dapat memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai guru dengan bimbingan dari seorang mentor. Selama masa induksi ini guru bersama mentor melakukan diskusi dan perbaikan terhadap rencana-rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru pemula. Program induksi adalah semacam orientasi bagi guru pemula untuk mengenal dan memahami tugas-tugasnya sebagai pendidik, dengan mengedepankan pengenalan lingkungan dan siswa yang akan dihadapi. Program yang akan diterapkan selama setahun tersebut bakal melibatkan kepala sekolah maupun guru senior untuk menjadi mentor saat guru pemula melakukan tugas pengajaran di kelas.

Kegiatan pengembangan sistem induksi dan penilaian kinerja bagi guru pemula ini ditekankan pada dua hal, yaitu penyusunan kebijakan sistem induksi dan penilaian kinerja guru pemula serta penyusunan manual/modul induksi dan penilaian kinerja guru pemula. Dengan naskah akademik dan kertas kerja yang dimiliki selanjutnya perlu diperkaya dengan adanya berbagai masukan, ide, serta saran untuk mendudukkan konsep induksi ini ke dalam khasanah ke-Indonesia-an, demi suksesnya gagasan program induksi bagi para guru pemula yang ditawarkan oleh Depdiknas, sebagaimana dikemukakan di atas. Dengan harapan semoga dapat semakin memperkokoh penguasaan kompetensi bagi para guru yang bersangkutan. Melalui program induksi ini diharapkan dapat terlahir guru-guru kontruktivis, yang mampu membangun dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki peserta didiknya. Bukan sebaliknya, menjadi perusak perkembangan peserta didik alias destruktivis.

Konsep induksi sebagai sebuah sistem perlu mendapatkan pemikiran yang luas dari stakeholder pendidikan agar pada implementasinya dapat berjalan dengan baik. Hadirnya kebijakan yang menaungi sistem ini diharapkan dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaan induksi. Selain kebijakan perlu pula dukungan modul agar memudahkan guru pemula, kepala sekolah, pengawas sekolah, guru mentor, dan pihak lainnya memahami konsep induksi serta penilaiannya secara komprehensif.
Dapat disimpulkan bahwa program ini sebenarnya ingin menempatkan kembali tanggung jawab guru senior, kepala sekolah, pengawas sekolah, bahkan kalangan birokrat pendidikan dalam membina guru pemula. Guru pemula harus segera mendapatkan perlakukan khusus dalam perjalanan pengabdiannya. Selama ini banyak terjadi dimana guru senior merasa mendapatkan waktu istirahat dan bebas tanggung jawab mengajar ketika datang guru pemula.

Pada akhir masa induksi ini guru pemula akan dinilai kinerjanya oleh kepala sekolah dan pengawas untuk menentukan kelayakan guru pemula tersebut. Hasil penilaian ini akan mempengaruhi karir guru pemula tersebut.

Memang, seandainya guru pemula tidak mendapatkan bimbingan, guru pemula akan tetap menemukan keprofesionalannya. Tapi mungkin akan menemukan waktu yang panjang sekali. Sangat berbeda jika ia diberikan bimbingan. Jadi, meminjam istilah ilmu kimia, program ini adalah sebuah katalisator untuk mempercepat proses pematangan profesi guru pemula sehingga siap untuk memberikan pengabdian terbaiknya. Oleh karena itu, ada baiknya kita ucapkan: “Selamat Datang Program Induksi Guru Pemula”.

Minggu, 18 April 2010

Keputusan Presiden Republik Indonesia NO 195/VII/2009

Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia (RI) Nomor:195/VII/2009 tanggal 27 juli 2009 tentang Perbaikan Gaji PNS dan Tunjangan (REMUNERASI) menjadi Keppres paling dicari oleh sebagian besar Pegawai Negeri Sipil di seluruh Indonesia. Karena menurut isu yang beredar di sejumlah PNS menyebutkan bahwa. Kepres RI No 195/VII/2009 menyebutkan tentang Kenaikan Gaji dan Tunjangan PNS terdapat perubahan yang sangat signifikan melebihi 100 persen.

Dari gosip yang beredar. Besaran Kenaikan Gaji Menurut Keputusan Presiden (Kepres) RI Nomor:195/VII/2009 disesuaikan berdasarkan Golongan dengan rincian sebagai berikut:

• Besaran Gaji PNS Golongan I menurut Keppres No:195/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 adalah sebesar Rp.3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah).
• Besaran Gaji PNS Golongan II menurut Keppres No:195/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 adalah sebesar Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah).
• Besaran Gaji PNS Golongan IIIa/IIIb menurut Keppres No:195/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 adalah sebesar Rp.7.500.000,- (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
• Besaran Gaji PNS Golongan IIIc/IIId menurut Keppres No:195/VII/2009 tanggal 27/7/2009 adalah sebesar Rp.8.500.000,- (Delapan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
• Besaran Gaji PNS Golongan IVa/IVb menurut Keppres No:195/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 adalah sebesar Rp.9.500.000,- (Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
• Besaran Gaji PNS Golongan IVc/IVd/IVe menurut Keppres Nomor 195/VII/2009 tanggal 27 Juli 2009 adalah sebesar Rp.12.000.000,- (Dua Belas Juta Rupiah).


Menurut isu yang semakin beredar luas, kenaikan besaran gaji dan tunjangan PNS ini akan dibayarkan pada tanggal 1 April 2010, dan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010. Seluruh PNS akan mendapatkan rapelan gaji.

Kendati demikian, sejumlah PNS masih meragukan kebenaran gosip kenaikan gaji yang disebut berdasarkan Keputusan Presiden RI tersebut. Selain menilai berdasarkan kemampuan keuangan Negara dan Daerah untuk membayarkan Gaji sesuai yang disebutkan dalam isu REMUNERASI mengataskanamakan Kepres RI No:195/VII/2009 tersebut, sejumlah Pegawai Negeri Sipil yang berusaha mendownload Keputusan Presiden (Kepres) tentang REMUNERASI yang diisukan tersebut juga mengaku masih belum berhasil menemukan Copy dari Kepres yang dianggap akan menyejahterakan seluruh PNS. Mereka juga meragukan kebenaran isu ini karena rencana kenaikan gaji PNS sebesar 5 % sesuai Pidato Presiden beberapa waktu lalu, bahkan belum dibayarkan (terealisasi) di sejumlah daerah. Beberapa PNS yang menerima kabar ini mengaku bahwa info tentang kenaikan gaji PNS ini pertama kali mereka peroleh dari pesan singkat (SMS).

Berdasarkan pengamatan Admin, pada sejumlah situs resmi Pemerintahan seperti website Departemen Keuangan (DEPKEU) dan Departemen Hukum dan Ham (DEPKUMHAM) juga banyak sekali permintaan agar Kepres tersebut dikirimkan ke alamat e-mail masing-masing yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Update Admin 17 Maret 2009 : Berdasarkan kesimpulan dan masukan dari berbagai pihak, akhirnya pertanyaan pengunjung mengenai SMS (Keputusan Presiden) Keppres RI No.195/VII/ 2009 tentang Remunerasi Gaji PNS yang beredar seperti disebutkan di atas hanyalah ISU yang tidak berdasar. Semoga saja melalui artikel ini bisa menjawab tingginya tingkat pencarian di Google terhadap Keputusan Presiden yang diisukan tersebut. Melalui update terbaru ini, atas nama Admin juga mengucapkan terimakasih kepada para pengunjung yang telah membantu memberikan penjelasan dan masukan kepada pengunjung lainnya mengenai analisa kebenaran Keppres tentang Remunerasi Gaji PNS di atas. Termasuk tentang kaidah penomoran sebuah Keppres yang terdiri atas Nomor dan Tahun, jadi jika memang benar, maka Keppres tersebut seharusnya adalah Keppres RI Nomor 195 Tahun 2009. Terimakasih.
Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat kepada pengunjung.

Sumber :
http://www.dayakpos.com/2010/03/

Rabu, 14 April 2010

MANDIKDASMEN KEMDIKNAS

Mandikdasmen Kemdiknas, Mengadakan Konferensi Pers tentang Penyelenggaraan ICYS 2010


JAKARTA, - Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kemdiknas mengadakan konferensi pers pelepasan peserta 17th International Conference of Young Scientists (ICYS) dengan narasumber Suyanto, Dirjen Mandikdasmen Kemdiknas di Gedung E lt.5 Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu (7/4) Siang.

Indonesia menargetkan menjadi juara umum pada Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Dunia Ke-17 atau ICYS yang akan digelar di Bali pada 12-17 April 2010. ICYS merupakan lomba penelitian ilmiah remaja bergengsi tingkat dunia di bidang Ilmu Fisika, Matematika, Komputer, dan Ekologi. Kompetisi ilmuwan remaja dari berbagai negara ini dimaksudkan untuk menggali potensi peneliti muda yang kelak dapat berperan dalam mengembangkan keilmuan untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh umat manusia di dunia.

Dirjen Mandikdasmen dalam sambutannya mengatakan, "Kakak-kakak kalian dulu sudah mencatatkan menjadi juara umum bagi bangsa ketika bersaing di Polandia. Saya menaruh keyakinan karena ini di kandang sendiri mudah-mudahan cita-cita kita tercapai menjadi juara umum," katanya.

Lomba yang diadakan setiap tahun di Eropa dengan negara peserta dari daratan benua Amerika dan Asia ini untuk pertama kali digelar di Asia dan sebagai tuan rumah Indonesia. Pada penyelenggaraan tahun lalu di Pszcyna, Polandia, Indonesia berhasil meraih prestasi gemilang menduduki peringkat pertama sebagai juara umum. Indonesia meraih enam medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. Disusul Belanda di peringkat kedua dengan tiga medali emas, satu perak, dan dua perunggu. Adapun peringkat ketiga diraih Amerika Serikat dengan tiga medali emas Sementara Rusia di peringkat keempat dan Polandia di peringkat kelima dengan perolehan masing-masing dua medali emas.

Pada ajang ICYS ini, Indonesia mengirimkan sebanyak 12 siswa SMA terpilih dari seluruh Indonesia. Siswa terpilih tersebut telah melalui dua tahap seleksi. Tahap pertama pada 15-19 Januari 2010 terpilih 17 dari 29 peserta dan tahap kedua pada 19-22 Februari 2010 terpilih 12 peserta sebagai wakil Indonesia di ICYS ke-17. Ajang tingkat dunia ini merupakan kelanjutan dari kompetisi penelitian tingkat nasional Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan pada November 2009.

ICYS ke-17 diikuti oleh sebanyak 19 negara. Sebanyak 13 negara menjadi peserta dan enam negara sebagai observer. Adapun negara peserta adalah Belarusia, Brazil, Kroasia, Jerman, Georgia, Hongaria, Indonesia, Belanda, Polandia, Rumania, Rusia, Turki, dan Ukraina, sedangkan negara observer adalah Iran, Inggris, Thailand, Nigeria, Laos, dan Kamboja.

Adapun peserta Tim ICYS Indonesia adalah Dita Nurtjahya dari SMA Negeri 1 Sungailiat, Kep. Bangka belitung; Dwiky Rendra Graha Subekti (SMA Theresiana 1 Semarang, Jawa Tengah); Florencia Vanya Vaniara (SMA Santa Laurencia Serpong, Banten); Muhammad Kautsar (SMA Negeri 6 Yogyakarta, DIY); Andreas Widi Purnomo (SMA Santa Laurensia Serpong, Banten); Miftah Yama Fauzan (SMAN 1 Sidoarjo, Jawa Timur); Fauqiah Tambunan (SMA Mutiara Bunda Bandung, Jawa Barat); Rizal Panji Islami (SMA Negeri 3 Bandung, Jawa Barat); Ilham Naharudiansyah (SMA Lab School Kebayoran, DKI Jakarta); Sonny Lazuardi N (SMAN 5 Bandung, Jawa Barat); Aria Dhanang Dewangga (SMAN 5 Bandung, Jawa Barat); dan Oki Novendra SMAN 1 Bogor, Jawa Barat).

Sumber: Sidiknas

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Tuntutan era globalisasi yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan perilaku ekonomi, politik, sosial, dan budaya, menyebabkan arus dan daya serap informasi dilakukan melalui media elektronik yang serba cepat pula.
Konteks globalisasi ini juga tidak terhindarkan dalam kebijakan yang terkait dengan tata kelola (governance) kelembagaan. Informasi-informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan pembangunan pendidikan harus secara serta merta menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan perubahan masyarakat lokal dalam prospektif global yang serba cepat pula. Kaidah think globally, act locally adalah salah satu cerminan tentang bagaimana informasi di kawasan dunia dan antar negara memiliki peluang yang sangat cepat untuk merubah perilaku budaya lokal setempat melalui penetrasi informasi.
Karena obyek pembangunan pendidikan adalah masyarakat sebagai entitas suatu bangsa, maka informasi yang disampaikan juga harus merupakan media komunikasi yang mengandung makna pendidikan dan pembelajaran, sehingga perubahan perilaku yang diakibatkannya merupakan perubahan perilaku kolektif dari suatu bangsa dalam proses membangun.
Untuk menjawab tantangan inilah laman www.depdiknas.go.id dijadikan salah satu sumber informasi pendidikan dan pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi positif dalam merubah perilaku membangun bangsa agar memiliki perilaku membangun yang sarat dengan pengetahuan (knowledge based society).
Semoga.
Menteri Pendidikan Nasional
Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA.

Kamis, 08 April 2010

KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM MEMAJUKAN SEKOLAH

Oleh : Subagio.M.Pd.

Sistem dan program pendidikan di seluruh tingkatan, secara umum sudah membutuhkan revolusi alias perlu diubah total. Di berbagai jenis dan jenjang pendidikan, kini sekolah cenderung tidak terarah karena kurikulum yang tidak serasi. Proses pembelajaran pun tidak kreatif dan tidak mendorong kreativitas anak didik. Di sisi lain, pengelolaan dalam materi pembelajaran kerap tumpang tindih sehingga mematikan prakarsa pelajar. Kemampuan guru-guru di bidang pedagogik, didaktik dan metodik juga sangat kurang, sehingga acapkali guru sama sekali tidak mempedulikan pengembangan kepribadian dan watak anak didiknya.
Pendidikan di Indonesia makin materialistis. Pendidikan kita juga terperangkap dalam keyakinan keliru, seolah-olah makin banyak mata ajaran yang dikuasai semakin terdidik seseorang. Kenyataan itu merupakan materialisme dikdaktis yang harus segera dihentikan. Lebih ironis lagi, pendidikan yang materialistis itu bersifat komersial. Tak berlebihan bila istilah penyelenggara sekolah kini sudah dapat diubah menjadi pengusaha sekolah.
Pendidikan memang membutuhkan biaya besar, tetapi biaya itu tidak perlu seluruhnya dibebankan kepada murid (orang tua/wali). Pemerintah sebagai pengayom masyarakat harus menjalankan asas subsidiaritas. Jika tidak, makin banyak anak jalanan, anak fakir miskin, anak telantar. Kecen-derungan itu tidak boleh diabaikan oleh masyarakat dan pemerintah.
Sebaiknya pendidikan dan persekolahan wajib dibebaskan dari etatisme (pengaruh dan pengaturan pemerintah yang berlebihan). Pendidikan juga perlu dibebaskan dari sentralisme (penyeragaman). Harus ada variasi kurikulum, serta dikembangkan otonomi pengelolaan pendidikan di berbagai kawasan. Otoritas ini memiliki wewenang penuh untuk mengatur pendidikan di wilayahnya.
Ada tiga persepsi yang kurang benar tentang pendidikan. Pertama, pendidikan hanya terjadi di sekolah. Kedua, tugas sekolah ialah mengajarkan pengetahuan. Ketiga, sekolah harus membuat siswa menjadi “manusia siap pakai”.Akibat negatif dari kesalahan pertama, pengetahuan tentang pendidikan keluarga tidak berkembang. Sistem pendidikan nonformal tidak berkembang dan kemampuan bangsa untuk belajar dari situasi pendidikan nonformal menjadi rendah.Sedangkan dampak kesalahan kedua, kemampuan siswa yang rendah untuk mempergunakan pengetahuan sebagai alat berpikir dan alat untuk memahami serta memecahkan masalah. Kepekaan siswa terhadap nilai-nilai terhadap norma juga sangat rendah, baik norma estetis maupun norma synnoetis (norma kehidupan sosial), atau pun norma etis.Kesalahan ketiga berakibat lulusan sekolah tidak cukup menguasai konsep-konsep dasar. Mereka terpaku kepada keterampilan yang bersifat terapan. Selain itu, tenaga kerja menjadi kurang retrainable. Persepsi yang sebaiknya, adalah bahwa pendidikan terjadi sebelum anak masuk sekolah dan sesudah anak tamat sekolah. Sekolah hanya suatu mata rantai dari suatu kegiatan nyata pendidikan yang luas, dinamis dan saling ber-sambungan. Tugas sekolah ialah mempersiapkan anak untuk mengarungi kehidupan, bukan hanya membuat siswa menjadi siap pakai. Untuk itu, tugas pokok sekolah bukan sekadar mengajarkan pengetahuan, melainkan me-mupuk kepekaan terhadap nilai-nilai.
Konsekuensinya, sekolah harus tahu jenis pendidikan yang telah dilalui anak di keluarga dan menilainya sejauh mana pendidikan keluarga itu dapat dipergunakan sebagai landasan untuk menyusun program pendidikan sekolah. Sekolah juga harus membimbing anak untuk menguasai kemampuan belajar, baik untuk situasi pendidikan formal, maupun situasi pendidikan nonformal dan informal. Tugas sekolah adalah melahirkan generasi yang menjadi bagian dari bangsa yang pandai belajar.
Para guru sebenarnya menyadari bahwa pelajaran yang memberi kesempatan mengembangkan kreativitas, sangat dibutuhkan anak. Akan tetapi mereka umumnya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana mengatasi keadaan itu. Kesulitan mereka terutama karena padatnya kurikulum pendidikan sehingga kreativitas anak terabaikan. Fakta menunjukkan minimnya waktu dan pelajaran yang bersifat untuk mengembangkan kreativitas pada sekolah formal, padahal di sisi lain menurut upaya memunculkan pribadi kreatif sangat dibutuhkan bagi anak dalam kehidupannya. Dengan demikian, para guru memiliki kesulitan bagaimana menanamkan dan menumbuhkan jiwa kreativitas kepada anak.
Diperlukan adanya pelatihan bagi guru dan penerbitan buku mengenai kreativitas, sebab guru pun membutuhkan tuntunan. Beberapa sekolah yang secara finansial memadai kini memang sudah mempunyai tenaga psikolog sosial dan lainnya, tetapi psikolog pendidikan belum ada, yang mendampingi para guru dan khususnya guru Bimbingan Konseling dalam membina siswa di sekolah. Namun sekolah-sekolah lainnya belum mampu ke arah rekruitmen seperti itu.
Dapat mengerti betapa sulitnya posisi guru, karena kurikulum pendidikan dasar dan menengah saat ini memang sangat luas. Tentu mereka tak memiliki waktu lagi untuk mengasah kreativitas siswa. Selain waktu, kreativitas membutuhkan ruang. “Bagaimana mungkin bisa dilakukan guru jika di ruang kelas diisi 40 atau lebih anak?”
Untuk bisa menanamkan kreativitas pada siswa, mestinya kurikulum memfokuskan pada hal dasar dan esensial, sehingga cukup waktu untuk mengasah kreativitas. Di luar itu harus pula diperhatikan, harus ada kurikulum yang berbeda karena anak memiliki perbedaan bakat dan minat.
Terdapat jalan agar siswa mendapat kesempatan mengasah daya kreativitasnya, yakni dengan meluangkan waktu untuk keperluan itu. Anak-anak jangan didesak untuk menerima hafalan yang sebenarnya tak menambah kecerdasannya. Dalam memberikan soal hendaknya jangan memberi peluang untuk satu jawaban saja. Guru dapat membuat pertanyaan yang menuntut pemikiran banyak gagasan dan janganlah membuat semuanya serba seragam, karena setiap anak memiliki pribadi berbeda. Upaya itu akan menumbuhkan hasil berupa kelancaran dalam berpikir.
Selanjutnya, faktor originalitas yang bisa dilakukan oleh guru dengan cara lebih luwes dalam menghargai gagasan unik, bahkan mendorong mereka mengutarakan pendapat lain dari yang lain. Terakhir, perlu elaborasi dengan memperkaya gagasan dengan uraian lebih rinci.
Empat unsur di atas sebaiknya masuk kurikulum sebab hal-hal itu yang menjadi dasar-dasar kreativitas. Selain berpikir kreatif, perlu pula bersikap kreatif dengan merangsang anak membuat sesuatu yang baru, membuat sesuatu yang imajinatif.
Pendidikan Wadah Pemberdayaan Civil Society
Di mata penulis, pendidikan dalam arti yang luas memegang peranan yang sangat strategis bagi setiap masyarakat dan kebudayaan. Bahkan kualitas suatu bangsa dapat diukur dari sejauh mana kualitas pendidikan yang diberlakukan. Jelaslah bangsa yang mempunyai pendidikan yang berkualitas akan mampu pula menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas secara menyeluruh. Lebih lanjut penulis mengatakan, pendidikan tidak hanya sebagai wadah bagi penyiapan SDM bermutu, melainkan juga menjadi wadah bagi pemberdayaan masyarakat warga.
Di mana letak peranan pendidikan sebagai wadah pemberdayaan masyarakat madani itu? Pendidikan dalam masyarakat madani Indonesia tidak lain ialah proses pendidikan yang mengakui hak-hak serta kewajiban perorangan dalam masyarakat. Sebab, dalam suatu masyarakat yang demokratis, hak-hak dan kewajiban merupakan batu landasan dari masyarakat. Masyarakat demokrasi hanya ada apabila hak-hak dan kewajiban warga negaranya diakui, dikembangkan dan dihormati.
Sudah barang tentu proses pendidikan dalam masyarakat demokratis mengakui adanya identitas masyarakat atau bangsa yang berbudaya. Dan pengembangan pribadi di dalam masyarakat yang berbudaya, baik lokal maupun nasional tidak terelakkan lagi dalam kehidupan global abad ke-21.
Di benak penulis, dalam interaksi antara perkembangan kepribadian dengan kebudayaannya, proses pengembangan pribadi manusia lebih mendasar, karena bukan sekadar menyerap unsur-unsur kebudayaan secara pasif, tetapi manusia itu merupakan makhluk yang dinamis. Dinamisme kepribadian di dalam cipta, karsa, dan rasa secara keseluruhan merupakan sumber bagi perkembangan masyarakat warga. Di dalam proses yang dinamis itu terjadilah proses hominisasi dan proses humanisasi yang justru menjadi titik pijak bagi pemberdayaan civil society.
Apa yang diperlukan dalam membangun masyarakat madani Indonesia melalui pendidikan? Penulis mengatakan, untuk mengupayakan civil society, beberapa paradigma baru dalam pendidikan diperlukan. Paradigma baru itu adalah pendidikan, dari, oleh, dan bersama-sama masyarakat.
Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan haruslah mampu memberikan jawaban kepada kebutuhan masyarakat itu. Jadi, pendidikan bukan dituangkan dari atas, dari kepentingan pemerintah semata-mata, apalagi dari penguasa; tetapi pendidikan yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri dengan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat itu sendiri.
Pendidikan oleh masyarakat artinya bahwa masyarakat bukanlah merupakan obyek pendidikan untuk melaksanakan kemauan negara atau suatu kelompok semata-mata tetapi partisipasi yang aktif dari masyarakat di mana masyarakat mempunyai peranan di dalam setiap langkah program pendidikan. Hal ini berarti masyarakat bukan sekadar penerima belas kasih dari penguasa, tetapi suatu sistem yang percaya kepada kemampuan masyarakat untuk bertanggung jawab atas pendidikan generasi mudanya.
Terkait dengan itu, pendidikan juga harus bersama-sama masyarakat, artinya, masyarakat diikutsertakan di dalam program-program pemerintah yang telah mendapatkan persetujuan masyarakat karena lahir dari kebutuhan nyata masyarakat itu sendiri. Jadi, masyarakat bukan disubordinasikan oleh pemerintah.
Selain paradigma tersebut, pendidikan harus didasarkan pada kebudayaan nasional yang bertumpu pada kebudayaan lokal. Kebudayaan Nusantara yang merupakan silang budaya antarbangsa telah menampung unsur-unsur terbaik dari budaya luar dan menghasilkan kebudayaan Nusantara.
Unsur-unsur budaya lokal itu seharusnya dikaji dan dikembangkan dalam pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangan besar bagi terwujudnya masyarakat madani yang berdaya. Di sini tugas pendidikan nasional bukan hanya sekadar menghayati dan mengembangkan kebudayaan lokal tetapi juga ikut membangun kebudayaan nasional itu.
Paradigma berikut adalah proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses humanisasi. Pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesempatan untuk belajar bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta melaksanakan nilai-nilai moral perlu ditumbuhkembangkan dalam pendidikan. Terkait dengan itu relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam seluruh proses belajar mengajar. Dengan budaya seperti itu jiwa demokrasi akan tumbuh dan berkembang secara baik.
Selain tiga paradigma di atas, desentralisasi manajemen pendidikan menjadi keharusan demi pemberdayaan masyarakat warga. Penulis menganalisis bahwa kesalahan yang terjadi dalam pemerintahan Orde Baru adalah pemberlakuan sistem dan praksis pendidikan nasional yang sifatnya sentralistik.
Model seperti itu sama sekali tidak bisa mengembangkan dan menumbuhkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat, khususnya pengelola pendidikan. Dengan kata lain, sentralistik justru bertentangan dengan hakikat masyarakat madani. Atau tegasnya, hal itu memperlihatkan ketidakpercayaan pemerintah pada kemampuan rakyat sendiri.
Kini sudah waktunya memberlakukan sistem desentralisasi manajemen dalam pendidikan. Ini penting, karena desentralisasi memiliki sejumlah dampak positif, antara lain mengembangkan kebudayaan lokal, mengem-bangkan kebudayaan nasional sebagai benteng pertahanan menyaring pengaruh-pengaruh kebudayaan global yang negatif, serta akan mampu mengembangkan inisiatif untuk bereksperimen dan bersaing dalam pengembangan mutu pendidikan nasional menghadapi persaingan global, serta akan meningkatkan peran masyarakat swasta untuk mengembangkan ciri khasnya sebagai sumbangan bagi pemberdayaan civil society.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan, kebudayaan, dan masyarakat warga merupakan elemen-elemen yang terkait dalam tatanan kehidupan bersama. Perhatian yang seimbang atas ketiga unsur itu dalam praksis pendidikan akan mampu menumbuhkan orang-orang yang berdaya dalam masyarakat.***

Senin, 05 April 2010

BERITA DARI MEDIA 2

Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa
Cibeureum,IB
Kepala SMP Negeri 2 Cibeureum, Subagio,M.Pd menyebutkan, sebagai pimpinan dirinya harus mampu beradaptasi dengan para guru dan staf, bukan sebaliknya. Penyebabnya, karena mereka lebih lama bekerja di tempat itu dan cenderung tidak mengalami mutasi. Sementara para kepala sekolah sering berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lain.
Hal itu diungkapkan mantan kepal SMPN 2 Cigugur ini kepada IB, Kamis (11/3). Menurutnya, perbedaan kultur di suatu lingkungan juga harus terus dipelajari, untuk kemudian dicarikan solusinya, “Kita harus pelajari perbedaan kultur di suatu lingkungan,” kata pria yang dipercaya menjabat kepala SMPN 2 Cibeureum sejak April 2009 ini.
Optimalkan Ekskul
Di SMPN 2 Cibeureum ini langkah pertama yang ditempuh yakni melakukan dialog persuasif dengan para siswa. Munculah pemikiran untuk mengoptimalkan ekstrakurikuler hampir setiap hari, dengan maksud untuk mengembangkan potensi diri para siswa dibidang olah raga dan kesenian.
Dibawah arahan Kabid Kesiswaan, Toto Rianto, kemudian dibuat jadwal ekskul mulai Senin dan Rabu dengan kegiatan Basket Ball, Selasa Paskibra, Kamis Futsal, Jum’at Marching Band. Yang cukup membanggakan ternyata siswa sangat respon dengan Marching Band.
Terbukti dalam waktu tiga bulan, April-Juni 2009, mereka sudah bisa membawakan musik dan lagu. Lagu yang dibawakan yang lagi ngetop saat ini yakni Cari Jodo dan Hampa Hatiku dari Wali dan Pasha Ungu. Mereka mampu mempersiapkan diri untuk tampil pada pembukaan OSN (Olimpiade Siswa Nasional) dan peringatan HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus lalu.
Subagio mengakui memang awalnya Marching Band ini mendapat reaksi negative dari rekan-rekan guru, karena peminatnya kebanyakan anak-anak yang rese di kelasnya. Namun mereka yang semula dinilai kurang, mengalami perubahan karena mereka diakui dan mampu menunjukkan kemampuannya. Ternyata bila diberikan kesempatan mereka pun mampu.
“Bukankah pendidikan itu salah satunya untuk merubah sikap siswa dari kurang baik menjadi lebih baik, dan dari kurang cerdas mernjadi cerdas,” katanya.
Sekolah yang berdiri 1997 itu selalu menampakkan perkembangan positif terutama dari kuantitas muridnya. Meski di dua desa yang semula merupakan penyuplai siswa baru ke sekolahnya telah berdiri SMP satap Cimulya Kec. Cimahi dan SMP Satap Kawungsari, Berdasarkan data tahun ini jumlah siswa berjumlah 416 orang yang tergabung dalam 12 rombel.
Mereka dibina oleh 24 guru, terdiri 21 guru PNS, dan dua guru PTT. Diantaranya sebanyak tujuh orang telah mendapat tunjangan sertifikasi dan dua lagi dalam proses pengajuan sertifikasi. Terhadap para guru ini dilakukan upaya peningkatan kualitas SDM seperti dengan menggilir para guru untuk mengikuti seminar dengan biaya dari sekolah.
Sagusala dan Moving Class
Sebagai kepala sekolah baru, subagio memiliki dua program, Sagusala da Moving Class, Program sagusala yakni seorang guru satu laptop. Dalam hal ini setiap guru harus memiliki kemampuan mengoperasikan laptop sebagai sebuah teknologi baru dan harus mampu mengaplikasikan beberapa program seperti power point.
Dari sini nanti akan dikembangkan kepada penggunaan infocus pada suatu ruangan. Kemudian akhirnya diterapkan sistem Moving Class artinya sejumlah siswa yang mendatangi kelas atau ruangan belajar. (tan)
Sumber : tabloid identitas bangsa Edisi 141/Thn VII/30 Maret – 10 April 2010