Senin, 05 April 2010

BERITA DARI MEDIA 2

Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa
Cibeureum,IB
Kepala SMP Negeri 2 Cibeureum, Subagio,M.Pd menyebutkan, sebagai pimpinan dirinya harus mampu beradaptasi dengan para guru dan staf, bukan sebaliknya. Penyebabnya, karena mereka lebih lama bekerja di tempat itu dan cenderung tidak mengalami mutasi. Sementara para kepala sekolah sering berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lain.
Hal itu diungkapkan mantan kepal SMPN 2 Cigugur ini kepada IB, Kamis (11/3). Menurutnya, perbedaan kultur di suatu lingkungan juga harus terus dipelajari, untuk kemudian dicarikan solusinya, “Kita harus pelajari perbedaan kultur di suatu lingkungan,” kata pria yang dipercaya menjabat kepala SMPN 2 Cibeureum sejak April 2009 ini.
Optimalkan Ekskul
Di SMPN 2 Cibeureum ini langkah pertama yang ditempuh yakni melakukan dialog persuasif dengan para siswa. Munculah pemikiran untuk mengoptimalkan ekstrakurikuler hampir setiap hari, dengan maksud untuk mengembangkan potensi diri para siswa dibidang olah raga dan kesenian.
Dibawah arahan Kabid Kesiswaan, Toto Rianto, kemudian dibuat jadwal ekskul mulai Senin dan Rabu dengan kegiatan Basket Ball, Selasa Paskibra, Kamis Futsal, Jum’at Marching Band. Yang cukup membanggakan ternyata siswa sangat respon dengan Marching Band.
Terbukti dalam waktu tiga bulan, April-Juni 2009, mereka sudah bisa membawakan musik dan lagu. Lagu yang dibawakan yang lagi ngetop saat ini yakni Cari Jodo dan Hampa Hatiku dari Wali dan Pasha Ungu. Mereka mampu mempersiapkan diri untuk tampil pada pembukaan OSN (Olimpiade Siswa Nasional) dan peringatan HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus lalu.
Subagio mengakui memang awalnya Marching Band ini mendapat reaksi negative dari rekan-rekan guru, karena peminatnya kebanyakan anak-anak yang rese di kelasnya. Namun mereka yang semula dinilai kurang, mengalami perubahan karena mereka diakui dan mampu menunjukkan kemampuannya. Ternyata bila diberikan kesempatan mereka pun mampu.
“Bukankah pendidikan itu salah satunya untuk merubah sikap siswa dari kurang baik menjadi lebih baik, dan dari kurang cerdas mernjadi cerdas,” katanya.
Sekolah yang berdiri 1997 itu selalu menampakkan perkembangan positif terutama dari kuantitas muridnya. Meski di dua desa yang semula merupakan penyuplai siswa baru ke sekolahnya telah berdiri SMP satap Cimulya Kec. Cimahi dan SMP Satap Kawungsari, Berdasarkan data tahun ini jumlah siswa berjumlah 416 orang yang tergabung dalam 12 rombel.
Mereka dibina oleh 24 guru, terdiri 21 guru PNS, dan dua guru PTT. Diantaranya sebanyak tujuh orang telah mendapat tunjangan sertifikasi dan dua lagi dalam proses pengajuan sertifikasi. Terhadap para guru ini dilakukan upaya peningkatan kualitas SDM seperti dengan menggilir para guru untuk mengikuti seminar dengan biaya dari sekolah.
Sagusala dan Moving Class
Sebagai kepala sekolah baru, subagio memiliki dua program, Sagusala da Moving Class, Program sagusala yakni seorang guru satu laptop. Dalam hal ini setiap guru harus memiliki kemampuan mengoperasikan laptop sebagai sebuah teknologi baru dan harus mampu mengaplikasikan beberapa program seperti power point.
Dari sini nanti akan dikembangkan kepada penggunaan infocus pada suatu ruangan. Kemudian akhirnya diterapkan sistem Moving Class artinya sejumlah siswa yang mendatangi kelas atau ruangan belajar. (tan)
Sumber : tabloid identitas bangsa Edisi 141/Thn VII/30 Maret – 10 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar