Senin, 15 November 2010

SEKOLAH KONSERVASI

oleh : Subagio,M.Pd.*)

Kabupaten Kuningan yang akan menuju Kabupaten Konservasi benar-benar serius menata lingkungan, selain Pembangunan Kebun Raya Kuningan, Pengantin Peduli Lingkungan, dan segudang program tentang lingkungan, kini ada lagi gagasan ide untuk rehabilitasi lingkungan yaitu Siswa Baru Peduli Lingkungan ( SERULING ). Pemerintah Kabupaten Kuningan sangat konsen dan serius terhadap perkembangan lingkungan, Kabupaten Kuningan ingin menjadi Kabupaten yang hijau, terjaga lingkungannya, dan setiap jengkal tanahnya dipenuhi oleh tanaman-tanaman yang dapat menjaga ketahanan unsur-unsur yang ada didalamnya baik unsur hara dan air.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Kabupaten Kuningan merupakan Kabupaten yang kaya akan air, beberapa Kabupaten yang ada disekitarnya sangat ketergantungan air kepada Kabupaten Kuningan, oleh karena itu Kabupaten Kuningan telah berkomitmen untuk menjaga lingkungannya sehingga memberikan manfaat untuk Kabupaten yanga ada disekitarnya.
Pemerintah Kabupaten Kuningan sangat konsen terhadap pembangunan lingkungan terutama yang menyangkut rehabilitasi lahan-lahan kritis dan lahan kosong yang tidak produktif. Program Seruling ini dimaksudkan untuk menanamkan kepedulian para siswa-siswi terhadap lingkungan dengan cara penanaman pohon. Karena sekarang ini perkembangan ilmu dan teknologi telah menuntut generasi muda untuk dapat mengikutinya sehingga kepedulian terhadap lingkungan sedikit terlupakan, oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Kuningan mencanangkan Program ini untuk tetap menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Untuk itu SMPN 2 Cibeureum mendukung program tersebut agar Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi segera terwujud dan akan memberikan manfaat bagi semua pihak.
SMPN 2 Cibeureum dalam rangka mengimplementasikan program tersebut di atas dilaksanakan dengan penuh perhatian yakni : berharap jadi sekolah konservasi. Istilah konservasi mungkin sudah sangat populer di kalangan masyarakat kita, akan tetapi pada kenyataannya konservasi sampai saat ini relatif hanya menjadi jargon yang masih membutuhkan implementasi yang lebih konkrit. Berbagai definisi muncul dari istilah konservasi, namun salah satu definisi yang mungkin bisa mewakili berbagai definisi tersebut adalah apa yang dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902), orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi yaitu bahwa konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together/bersama) dan servare (keep/save/memelihara). Apabila diterjemahkan secara istilah memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).
Apabila dikaitkan dengan tema peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2010 ini “Many Species. One Planet. One Future” atau terjemah bebasnya (Banyak Species, Satu Planet, Satu Masa Depan) yang memberikan gambaran kepada kita akan pentingnya mempertahankan keanekaragaman hayati maka upaya konservasi perlu mendapatkan prioritas pada roda pembangunan negeri ini.
Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masyarakat umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dunia pendidikan, serta pihak-pihak lainnya.
Salah satu sektor yang sangat potensial menjadi media dalam pelaksanaan konservasi alam adalah dunia pendidikan atau lebih spesifiknya sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah adalah wahana pembelajaran yang mampu membawa implikasi  positif kepada ruang lingkup yang lebih luas dalam hal ini masyarakat di sekitar siswa dan guru. Upaya pembentukan sekolah yang berwawasan lingkungan merupakan solusi konkrit untuk menjawab permasalahan konservasi selama ini yaitu pemahaman dan perilaku manusia yang masih melihat sumberdaya alam sebagai sumber kebutuhan yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pemahaman ini harus dihapus dengan pemanfaatan sumber daya alam yang berkesinambungan. Paradigma pemanfaatan sumber daya alam yang berkesinambungan merupakan makna sebenarnya dari kegiatan konservasi sumber daya alam.   
Ada beberapa hal yang menjadi prinsip dasar dalam upaya menciptakan konsep sekolah konservasi, diantaranya : Prinsip penghematan energi (energy saving), dalam hal ini lebih spesifik kepada penggunaan energi listrik yang kebanyakan di negara kita masih menggunakan sumber yang memanfaatkan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil sebagaimana kita ketahui adalah sumber daya yang terbatas. Konsep penghematan listrik bisa dimulai dari desain bangunan sekolah dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik sehingga meminimalisir penggunaan lampu dan pendingin ruangan pada waktu siang hari. 
Prinsip kedua adalah pengelolaan sampah (waste management), yang dapat dilakukan dengan pemilahan sampah dengan penyedian paling tidak dua jenis tempat sampah yaitu organik dan anorganik dan juga pengelolaan sampah organik menjadi kompos untuk skala sekolah. Pada kedua jenis pengelolaan sampah tersebut para siswa diharapkan berpartisipasi aktif didalamnya.
Prinsip ketiga adalah dengan meningkatkan  gerakan gemar menanam bagi para siswa sehingga akan menambah luasan ruang terbuka hijau serta sebagai upaya konservasi air tanah dari pohon yang ditanam. Dari pengalaman yang sudah ada gerakan menanam ini akan lebih menarik apabila dikemas dalam konsep kompetisi antar kelas sehingga lebih menambah semangat para siswa. Khususnya di SMPN 2 Cibeureum pada saat musim hujan seperti sekarang ini sekolah sedang giat-giatnya menanam berbagai jens tanaman mulai dari mangga, rambutan, duku, jeruk, kelengkeng beringin, bambu hias, mahoni, jati , asem kranji dan berbagai jenis tanaman hias lain sehingga konsep sekolah hijau (green school) segera tercapai, dan dapat dijadikan media pembelajaran siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, IPA Biologi sebagai Laboratorium Alam.
Prinsip berikutnya adalah dengan meningkatkan luas resapan air yang dapat dicapai dengan strategi pembuatan sumur resapan juga pembuatan lubang resapan biopori. Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang yang dibuat secara tegak lurus (vertikal) kedalam tanah, dengan diameter 10 -30 cm dan kedalaman 100 cm, atau tidak melebihi muka air tanah dangkal. Lubang tersebut kemudian diisi sampah organik sebagai sumber makanan fauna tanah dan akar tanaman yang mampu membuat biopori atau liang (terowongan – terongan kecil) dalam tanah. Jadi selain untuk meningkatkan resapan air, sampah organik pada Lubang Resapan Biopori dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Konsep Lubang Resapan Biopori juga sedang gencar disosialisasikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Konsep sekolah konservasi ini nantinya secara legal formal telah tercakup dalam salah satu program dari Kementerian Lingkungan Hidup yaitu program adiwiyata. Program adiwiyata bertujuan menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Pada akhirnya yang penting bukanlah penghargaan atau hadiah yang menjadi prioritas, tetapi upaya penanaman kepedulian terhadap lingkungan sejak dini di lingkungan sekolah sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup dan mendukung program pembangunan berkelanjutan.
*) penulis adalah Kepala SMPN 2 Cibeureum Kab. Kuningan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar