Rabu, 20 Juli 2011

PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU MELALUI MANAJEMEN SEKOLAH (1)

Oleh : Subagio,M.Pd.

Lulusan SMP yang berkarakter baik, selain dibentuk melalui proses pembelajaran di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler, juga sangat dipengaruhi oleh pola manajemen sekolah. Manajemen sekolah, khususnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dengan subur memfasilitasi peserta didik dan warga sekolah pada umumnya untuk menginternalisasi karakter yang baik. Keterbukaan, tanggungjawab, kerjasama, partisipasi, dan mandiri merupakan nilai-nilai dalam manajemen sekolah yang memandu kepala sekolah dalam mengelola sekolah yang bernuansa pendidikan karakter. Nilai-nilai itu yang memandu baik bagi kepala sekolah sendiri, para guru karyawan dan pendidik di sekolah, para stakeholder sekolah yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan karakter melalui manajemen sekolah ini adalah agar sekolah:
1. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh komponen sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, peserta didik, dan biaya pendidikan) yang dijiwai oleh nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan nilai-nilai kebangsaan.
2. Memadukan nilai-nilai dalam manajemen berbasis sekolah seperti kemandirian, kerjasama, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dengan nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan nilai-nilai kebangsaan.
3. Menginternalisasi dan membiasakan tingkah laku yang berkarakter dalam proses pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari melalui manajemen berbasis sekolah.

A. Pengertian Manajemen Sekolah yang Berkarakter
Manajemen adalah pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumber daya (manusia dan sumber-sumber lainnya), melalui suatu proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Dalam manajemen, proses ini terkait dan melibatkan organisasi, arahan, koordinasi dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan tersebut. Proses tersebut meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Esensi manajemen adalah bekerja dengan orang lain agar mencapai hasil yang diharapkan. Melalui manajemen, dilakukan proses pengintegrasian berbagai sumber daya dan tugas untuk mencapai berbagai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sekolah, tujuan yang dimaksud adalah tujuan kurikuler yang dirumuskan berdasarkan tujuan kelembagaan dan tujuan pendidikan.
Manajemen sekolah yang berkarakter baik (mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang luhur, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa maupun lingkungan. Dalam pengertian ini pendidikan karakter tidak dimaksudkan sebagai payung manajemen sekolah, melainkan sebagai upaya menerapkan nilai-nilai karakter dalam penyelenggaraan manajemen di sekolah, atau dengan kata lain bahwa nilai-nilai karakter ditanamkan secara terpadu ke dalam pengelolaan sekolah.
B. Prinsip-prinsip Implementasi Manajemen Sekolah yang Berkarakter
Dalam implementasi manajemen sekolah yang mengandung nilai-nilai karakter terdapat prinsip-prinsip yang hendaknya diterapkan oleh sekolah antara lain:

1. Kejelasan tugas dan pertanggungjawaban
Prinsip ini menekankan bahwa di sekolah hendaknya ada kejelasan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) setiap person yang ada, sehingga tertuang secara jelas tugas masing-masing personil di sekolah. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai amanah, terbuka, dan tanggung jawab. Artinya, pada saat seseorang diberi tugas maka yang menjadi dasar penugasan tersebut adalah, apakah orang yang akan diberi tugas itu amanah atau tidak, bukan karena faktor kedekatan atau pilih kasih. Terbuka, artinya memberikan kesempatan kepada semua orang yang memenuhi kriteria untuk diberi tugas itu. Kemudian, pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut hendaknya melakukan prosedur dan mekanisme secara bertanggung jawab sehingga hasil dari keseluruhan proses dapat dipertanggung jawabkan.
2. Pembagian kerja berdasarkan the right man on the right place
Prinsip ini mengarahkan bahwa dalam memberikan tugas atau pekerjaan kepada seseorang, hendaknya didasarkan pada keahlian dan kemampuan yang bersangkutan. Penempatan seseorang dalam suatu jabatan harus sesuai dengan tuntutan job discription dari posisi yang akan ditempati, dan orang yang akan diberi tugas hendaknya memenuhi kriteria yang disyaratkan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai rasional, komitmen, dan berpikir jauh ke depan. Artinya, penempatan orang pada posisi tertentu hendaknya didasarkan pada pertimbangan yang masuk akal karena yang bersangkutan memiliki komitmen yang tinggi dan hal tersebut diarahkan pada tercapainya tujuan yang hendak dicapai di masa depan.
3. Kesatuan arah kebijakan
Prinsip ini menegaskan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada kesatuan arah kebijakan yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan bagi warga sekolah sehingga tidak terjadi simpang siur dan kebingungan. Atau dengan kata lain perlu dihindari terjadinya kebijakan yang tumpang tindih dan kontradiktif. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai bijaksana, demokratis, dan manusiawi. Artinya, penetapan kesatuan arah kebijakan tersebut hendaknya dilaksanakan secara bijaksana, dengan mempertimbangkan dan mengakomodasikan masukan dan aspirasi yang berkembang serta dilakukan secara persuasif dan manusiawi.
4. Teratur
Prinsip ini menekankan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah, hendaknya ada aturan yang disepakati dan menjadi pijakan bagi semua warga sekolah dalam melaksanakan tugas-pokok-fungsi dan interaksi di antara mereka sehingga terwujud keteraturan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kebersamaan, kooperatif dan dinamis. Artinya, keteraturan itu muncul karena kesamaan perasaan dan tujuan yang hendak dicapai, yang diwujudkan secara konkrit dalam bentuk kemauan dan kerja bersama-sama dengan semua warga sekolah. Di samping itu keteraturan bersifat dinamis, yakni tetap mangakomodir perubahan-perubahan yang positif dan konstruktif sehingga semakin lama semakin meningkat kualitas keteraturannya.
5. Disiplin
Prinsip ini mengharuskan setiap warga sekolah untuk selalu taat asas, patuh dan konsisten terhadap aturan yang dibuat dan disepakati bersama. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai kukuh hati, menghargai waktu dan berani berbuat benar. Artinya, kedisiplinan yang dilakukan tersebut merupakan perwujudan dari sikap dan tindakan kukuh pada hukum dan menghargai waktu, karena terdorong oleh semangat berani berbuat benar dan bukan faktor takut pada pimpinan atau terhadap sanksi.
6. Adil (Seimbang)
Prinsip keadilan mengarah pada terwujudnya keseimbangan antara hak dengan kewajiban, penghargaan dengan hasil karya, punishment dengan tingkat kesalahan, baik yang dilakukan oleh guru, staf tata usaha maupun para peserta didik dan warga sekolah lainnya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai empati, lugas dan pemaaf. Artinya, keadilan (keseimbangan) yang hendak diupayakan dan ditegakkan di sekolah itu dilandasi oleh adanya pengertian, kepedulian dan kemauan untuk dapat menempatkan sesuatu pada posisi yang tepat, tanpa mengurangi sikap lugas pada aturan yang berlaku dan sifat pemaaf kepada yang menyadari akan kekhilafan dan kesalahannya.
7. Inisiatif
Prinsip ini menekankan bahwa setiap orang yang ada di sekolah hendaknya memiliki keinginan, pikiran dan gagasan untuk terus menerus mengambil prakarsa, melakukan hal-hal baru yang positif. Kemampuan berinisiatif sangat menunjang keberhasilan sekolah dalam meraih tujuan yang ditetapkan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai berani mengambil resiko, rendah hati, dan sabar. Artinya, inisiatif tersebut dilakukan demi pengembangan dan kemajuan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik harus berani mengambil resiko. Namun demikian tetap dengan sikap rendah hati dan sabar dalam menyikapi perubahan dan kemajuan yang diharapkan.
8. Semangat kebersamaan
Prinsip ini menekankan kesadaran kepada setiap warga sekolah adalah sebagai bagian yang integral dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan bagian lainnya. Rasa kebersamaan (the common) merupakan modal sosial (social capital) yang hendaknya dikembangkan di sekolah. Kebersamaan merupakan aset sosial sekolah yang sangat berharga, karena dengan kebersamaan itu suatu pekerjaan akan lebih mudah dan cepat diselesaikan. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai baik sangka, saling menghormati dan mandiri. Artinya, semangat kebersamaan tersebut dilandasi dan dibarengi dengan sikap baik sangka dan saling menghormati antar sesama warga sekolah dan antara warga sekolah dengan stakeholders lainnya, dengan tetap menjaga dan mempertahankan sifat kemandiriannya.
9. Sinergis
Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan secara terpadu, saling mengisi dan melengkapi antara satu bidang dengan bidang atau urusan lainnya. Dalam kenyataannya, tidak ada bidang atau urusan yang berdiri sendiri dan terpisah dengan lainnya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai menghargai karya orang lain, tenggang rasa dan rela berkorban. Artinya, dalam pengelolaan dan penanganan sesuatu masing-masing pihak yang terkait mau menghargai karya orang lain, tenggang rasa dan ada kemungkinan dituntut kerelaannya untuk berkorban.
10. Ikhlas
Prinsip ini mengarahkan bahwa pekerjaan yang telah diberikan hendaknya dilaksanakan dengan tekat sungguh-sungguh untuk berbuat sebaik mungkin dan dengan penuh kesadaran. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa yang dilakukannya itu semata-mata sebagai wujud tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan kepadanya. Dalam mengimplementasikan prinsip ini, hendaknya tercermin antara lain nilai-nilai pengabdian, tawakal dan syukur. Artinya, segala yang dilakukannya itu diapresiasikan sebagai pengejawantahan pengabdiannya kepada Allah Yang Maha Kuasa, bakti kepada bangsa dan negara serta kemaslahatan untuk sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar